ILMUWAN ISLAM PENEMU KONSEP MATEMATIKA DALAM PERADABAN ISLAM DAN DUNIA
Sekarang ini
kita lebih mengenal tokoh-tokoh matematika barat daripada tokoh-tokoh
matematika muslim, padahal banyak tokoh-tokoh matematika muslim diantaranya
bahkan ada yang menemukan konsep matematika, adapun beberapa ilmuwan matematika
muslim yaitu sebagai berikut.
1.
Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi.
Beliau
dilahirkan di Bukhara. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang
berpengetahuan luas, bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam bidang
falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan
kimia. Berikutnya Al-Biruni atau Abu Raihan Al-Biruni merupakan matematikawan
Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara,
sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang
matematika, filsafat, obat-obatan. Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di
Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang
pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia.
Mungkin
kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar bahasa
Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah
matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil
dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi seorang matematikawan muslim
yang dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan.
Al-Khawarizmi
(Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan muslim, ahli
di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu
Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia lebih dikenal dengan
nama Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan
kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut
sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan
mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan,
ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar
dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti
ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka
lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk
angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru
dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan
al-Khawarizmi.
2. Al-Battani
(850-923)
Al Battani (sekitar 850 – 923) adalah seorang ahli
astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani (Bahasa Arab أبو عبد الله محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني ;
nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī
al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī) , lahir di Harran dekat Urfa.
Beliau adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Salah satu
pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365
hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Dalam bidang matematika, Al Batani banyak
berperan dalam hal trigonometri. Istilah, pengertian, dan sejumlah rumus sinus
dan cotangen berhasil diuraikannya dengan sempurna, lengkap dengan
tabel-tabelnya dalam bentuk derajat-derajat sudut.
Adapun persamaan trigonometri yang ditemukannya adalah Ia juga memecahkan
persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus dan
menggunakan gagasan al-Marwazi
tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen,
cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen.
3. Al-Qalasadi
Konstribusi Alqalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak
ternilai. Ia sang matematikus Muslim abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi
manusia tidak mengenai simbol-simbol ilmu hitung. Sejarah mencatat Alqasadi
merupakan salah seorang matematikus muslim yang berjasa mengenalkan
simbol-simbol Aljabar.
Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai.
Ia sang matematikus Muslim di abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi dunia
dunia tak mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarang mencatat, al Qalasadi
merupakan salah seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan
simbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol tersebut pertama kali dikembangkan pada
abad 14 oleh Ibnu al-Banna kemudian pada abad 15 dikembangkan oleh al-Qalasadi,
al-Qalasadi memperkenalkan symbol-simbol matematika dengan menggunakan karakter
dari alphabet Arab [3]. Ia menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan
(+), untuk pngurangan (-), al-Qalasadi menggunakan illa berarti “kurang”.
Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan fi yang berarti “kali”. Simbol
ala yang berarti ”bagi” digunakan untuk pembegian (/).
4. Al-Khazin
atau Abu Ja’far Al-Khazin
Al-Khazin atau Abu Ja’far Al-Khazin Beliau seorang astronom dan ahli
matematika Muslim Persia dari Khurasan. Dia menguasai bidang astronomi dan
teori bilangan. Beliau merupakan salah satu ilmuwan yang dibawa ke Istana Rayy
oleh penguasa Dinasti Buyid, Adud ad-Dawlah. Sekitar tahun 959 – 960 al-Khazin
diminta oleh wazir dari Rayy, untuk mengukur arah miring ekliptika atau sudut
di mana matahari muncul untuk membuat garis khatulistiwa bumi. Dia dikatakan
telah membuat pengukuran menggunakan cincin sekitar 4 meter.
5. Al-Karaji
Abu Bakar bin Muhammad bin Al Husain al-Karajī atau al-Karkhī (953 di
Karajatau Karkh – 1029) adalah seorang matematikawan
muslim Persia abad
ke-10 dan insinyur.
Tiga karya utamanya adalah Al-Badi’ fi’l-hisab (perhitungan yang
indah), Al-Fakhri fi’l-jabr wa’l-muqabala (aljabar yang agung), dan Al-Kafi
fi’l- hisab (perhitungan yang memadai). Beliau lahir di Karajatau Karkh.
Al-Karaji menulis tentang matematika dan teknik. Beberapa menganggap dia hanya
ulang ide-ide orang lain ia dipengaruhi oleh Diophantus tetapi kebanyakan
menganggapnya lebih orisinil, khususnya untuk membebaskan aljabar dari
geometri.
Muhammad al-Karaji adalah salah seorang ilmuwan
Muslim yang berjasa mengembangkan studi hidrologi, seorang saintis
terkemuka dari Karaj,
Persia. Lewat Kitab Inbat
al-miyah al-Khafiya, al-Karaji mengkaji dan menyumbangkan pemikirannya
dalam ilmu
ekstraksi air bawah
tanah. Berkat kehebatannya, ia bahkan mendapat julukan sebagai
pelopor mesin tenaga
air. Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai
sarana air bersih,
pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi.
Teknologi pengeolaan yang dikenalkan al Karaji merupakan metode pengelolaan air
yang canggih yang membuat pasokan air
di kota-kota modern Islam
tetap melimpah sehingga perkembangan kota tetap pesat.
Di usianya yang masih muda, ia telah melanglangbuana ke Baghdad. Di pusat
pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah,
yang saat itu dikuasai Dinasti
Buwaih, ia memegang posisi tinggi dalam bidang administrasi, sekitar tahun 402 H/1011-1012 M.
Setelah itu dia kembali ke tanah kelahirannya.
Hal itu diungkapkan Mohammed
Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-Karaji: A Mathematician
Engineer from the Early 11th Century. Menurut Abattouy, pengusaan teknologi
mesin air di duniaIslam telah melahirkan
sebuah revolusi pertanian
yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi.
Abattouy mengungkapkan, salah seorang ilmuwan Muslim yang menjadi
peristis di bidang mesin air adalah Muhammad al-Karaji. Ia adalah seorang ahli matematika dan juga ahli mesin. Menurut Abattouy,
pada masa itu, al-Karaji sudah mampu menjelaskan tentang air bawah
tanah dan segala perlengkapannya.
6. Al-Abbas
ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari
Al-Abbas ibn Said al-Jawhari atau Al-Jawhari adalah seorang matematikawan
Arab dan astronom yang menulis tentang Euclid’s Elements dan menjadi yang
pertama untuk mencoba bukti dalil paralel. Beliau adalah seorang ahli geometri
yang bekerja di Rumah Kebijaksanaan di Baghdad dan dalam waktu singkat di
Damaskus di mana ia membuat pengamatan astronomi.
Beliau lahir di Baghdad, al-Jawhari adalah anggota sebuah lembaga ulama
yang didirikan oleh Khalifah al-Ma’mun (sekitar 813-833). Dalam bukunya
Commentary on Euclid’s Elements, al-Jawhari menyajikan sekitar 50 dalil selain
yang ditawarkan oleh Euclid, ia berusaha meskipun tidak berhasil untuk
membuktikan postulat paralel.
7. Abd
al-Hamid ibn Turki
Beliau yang dikenal juga sebagai Abd al-Hamid bin Wase bin Turk Jili
adalah matematikawan muslim Turki pada abad kesembilan.
Dia menulis sebuah karya pada aljabar yang hanya terdiri dari bab “Kebutuhan Logika dalam Persamaan Campuran”, pada solusi persamaan kuadrat, dan masih ada sampai saat ini.
Dia menulis sebuah karya pada aljabar yang hanya terdiri dari bab “Kebutuhan Logika dalam Persamaan Campuran”, pada solusi persamaan kuadrat, dan masih ada sampai saat ini.
Dia menulis sebuah naskah berjudul Kebutuhan logis dalam Persamaan
Campuran, yang sangat mirip dengan al-Khwarzimi Al-Jabr dan diumumkan di
sekitar waktu yang sama, atau bahkan mungkin lebih awal dari Al-Jabr. Naskahnya
memberikan persis demonstrasi geometris yang sama seperti yang ditemukan di
Al-Jabr, dan dalam satu kasus contoh yang sama seperti yang ditemukan di
Al-Jabr, dan bahkan melampaui Al-Jabr dengan memberikan bukti geometris bahwa
jika determinan negatif maka persamaan kuadrat tidak memiliki solusi . Kesamaan
antara dua karya tersebut telah menyebabkan beberapa sejarawan untuk
menyimpulkan aljabar yang mungkin telah dikembangkan dengan baik pada saat
al-Khwarizmi dan ‘Abd al-Hamid.
8. Yaqub
ibn Ishaq al-Kindi
Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī lahir pada tahun 801 dan
wafat pada tahun 873 M ini juga dikenal sampai ke Barat oleh versi nama
Latinnya “Alkindus”. Alkindus dikenal di barat sebagai seorang polymath Arab
Irak, filsuf Islam, ilmuwan, ahli astronomi, kosmologi, kimia, ahli
logika, matematikawan, musisi, dokter, ahli fisika, psikolog, dan meteorologi. Al-Kindi
adalah yang pertama dari para filsuf Peripatetik Muslim, dan dikenal atas
usahanya untuk memperkenalkan filsafatYunani dan Helenistik ke dunia Arab.
Beliau dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya,
selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Banyak
karya-karya para filsuf Yunani
diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinos. Sayangnya ada
sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles yang
berjudul Teologi menurut Aristoteles, yang di kemudian hari
menimbulkan sedikit kebingungan.
Ia adalah filsuf berbangsa Arab
dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama. Secara etnis, al-Kindi lahir dari
keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar
daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan
filsafat Yunani kepada kaum
Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al Kindi telah menulis banyak karya dalam pelbagai disiplin ilmu, dari metafisika, etika, logika dan psikologi, hingga ilmu
pengobatan, farmakologi,
matematika, astrologi dan optik, juga meliputi topik
praktis seperti parfum,
pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa bumi.
Di antaranya ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena
matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin
mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi
seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai
matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.
Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu
bilangan atau aritmatika
karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
Al-Kindi membagi daya jiwa
menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah (irascible),
dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia membandingkan
ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais kereta
dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik
kereta tersebut. Jika akal budi
dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan
dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu
birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi mereka
yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat
kebenaran wahyu atau untuk menuntut
keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah
sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran
dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.
Ia mendefinisikan filsafat
sebagai pengetahuan
tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu,
al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa
ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat
ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio,
kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran
dunia oleh Tuhan.
Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang
kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina
(Avicenna) seabad kemudian.
Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan
yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai
pemikiran yang dianggap bid’ah,
dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam),
al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan
religius-ortodoks itu.
9. Banu
Musa
Banu Musa terdiri dari tiga bersaudara yang bekerja di Rumah
Kebijaksanaan di Baghdad. Risalah matematika paling terkenal mereka adalah
kitab dari pengukuran pesawat dan angka bulat, yang dianggap masalah yang sama
seperti Archimedes lakukan pada pengukuran lingkar, pada bola dan silinder. Banu
Musa melihat daerah lingkaran sedikit berbeda dari orang-orang Yunani lakukan.
Dalam penelitian mereka menerjemahkan, orang-orang Yunani memandang volume dan
area yang lebih dalam hal rasio, daripada memberikan mereka sebuah nilai angka
yang sebenarnya. Sebagian besar dari mereka berdasarkan pengukuran tersebut
relatif pada ukuran benda lain. Dalam salah satu publikasi yang masih hidup
mereka Kitab marifat masakhat al-ashkal Kitab Pengukuran Pesawat dan Angka
Bulat) Banu Musa memberi volume dan luas jumlah nilai. Ini adalah bukti bahwa
tidak hanya menerjemahkan materi Yunani dan menciptakan. Mereka benar-benar
membangun konsep dan datang dengan beberapa karya asli mereka sendiri.
Yang paling populer dari publikasi mereka adalah Kitab al-hiyal, yang
sebagian besar karya Aḥmad, saudara tengah, adalah sebuah buku yang penuh
dengan seratus perangkat mekanik. Ada beberapa penemuan yang nyata praktis
dalam buku ini termasuk lampu dengan mekanis redup, bolak air mancur, dan ambil
clamshell. Delapan puluh dari perangkat ini digambarkan sebagai “kapal trik”
yang menunjukkan penguasaan nyata mekanika, dengan fokus nyata pada penggunaan
tekanan ringan. Beberapa perangkat tampaknya ulangan dari karya-karya Yunani
sebelumnya, tapi sisanya yang jauh lebih maju dari apa yang orang-orang Yunani
yang telah lakukan.
10. Abu Abd
Allah Muhammad ibn Isa Al-Mahani
Beliau adalah salah satu penulis modern yang dikandung gagasan pemecahan
teorema bantu yang digunakan oleh Archimedes dalam proposisi keempat buku kedua
dari risalah tentang bola dan silinder aljabar.
Abu-Abdullah Muhammad bin Isa Mahani (ابوعبدالله
محمد بن عیسی ماهانی) adalah seorang Muslim Persia,
matematikawan dan astronom dari Mahan, Kerman,Persia. Serangkaian pengamatan
gerhana bulan dan matahari dan konjungsi planet, yang dibuat oleh dia 853-866,
ternyata digunakan oleh Ibn Yunus. Dia menulis komentar tentang Euclid dan
Archimedes, dan meningkatkan terjemahan Ishaq bin Hunain tentang Menelaus dari
Alexandria Spherics. Dia mencoba sisa-sisa untuk memecahkan masalah Archimedes:
untuk membagi bola dengan cara pesawat menjadi dua segmen berada dalam rasio
tertentu volume. Masalah yang menyebabkan persamaanhkubik, yang disebut persamaan
al-Mahani itu.
11. Umar Kayyam
Beliau lahir pada tahun 1048 di Khurasan. Nama lengkapnya adalah
Ghyasiddin Abul Fatih ibn Ibrahim al-Khayyam. Umar Khayyam dikenal sebagai
ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia memiliki nama besar di bidang matematika,
astronomi dan sastra. Adapun di bidang matematika, khususnya mengenai aljabar,
ia juga menghasilkan sebuah karya, seperti al-Jabr (Algebra). Al-Hajjaj bin
Yusuf bin Matar adalah seorang matematikawan Arab yang pertama kali
menerjemahkan Elemen Euclid dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
Selain sebagai seorang matematikawan dia juga
terkenal sebagai astronom
yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia.
Pada 15 Maret 1079, Sultan
Jalaluddin Maliksyah Saljuqi (1072-1092) memberlakukan kalender yang
telah diperbaiki Umar, seperti yang dilakukan oleh Julius Caesar di Eropa pada tahun 46 SM
dengan koreksi terhadap Sosigenes,
dan yang dilakukan oleh Paus Gregorius XIII
pada Februari 1552 dengan kalender yang telah diperbaiki Aloysius
Lilius (meskipun Britania Raya
baru beralih dari Kalender
Julian kepada kalender Gregorian pada
1751, dan Rusia baru melakukannya
pada 1918). Dia pun terkenal karena menemukan metode memecahkan persamaan
kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran.
Itu adalah sebagian kecil ilmuwan matematika, masih banyak ilmuwan
matematika muslim dan banyak juga ilmuwan muslim di bidang lain seperti fisika,
kimia, biologi, kedokteran, filsafat, dll. Bagi umat muslim, mari kita jadikan
ilmuwan-ilmuwan muslim ini sebagai salah satu motivasi kita bahwa kita sebagai
seorang muslim bisa juga menjadi ilmuwan penemu konsep, terutama konsep
matematika.
SUMBER INTERNET
http://en.wikipedia.org/wiki/BaniMusa
http://www.riaupos.co/2375-opini-tokoh-islam-menemukan-
matematika.html#.U6Q_j0BNlwE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar